Melatih Kebiasaan Baru: Menabung ala Saya

Salah satu “kesuksesan” berperencanaan keuangan adalah kemampuan untuk menabung sebagai jalan memenuhi tujuan keuangan yang ingin dicapai. Namun katanya, generasi milenial sulit mengumpulkan uang karena memiliki gaya hidup yang tinggi. Hal ini ditambah pula dengan minimnya pengetahuan akan pentingnya menabung dan berinvestasi serta rendahnya kesadaran akan inflasi yang akan terus menggerus uang yang dimiliki.

Baca juga: 5 Tempat Belajar Financial Planning Yang Asyik dan Edukatif

Dari beragam pemaparan financial planner yang pernah kubaca, porsi untuk menabung aneka kebutuhan berkisar 20-30%.. Untuk itu, sebelum bisa menentukan berapa besaran menabung (saving) setidaknya kita tahu bagaimana membagi penghasilan untuk memenuhi kebutuhan kita. Ada beberapa teori alokasi penghasilan yang dikutip dari Zap Finance:

  • Metode Komitmen

Dalam metode ini, menabung dan investasi berporsi 25%. Sedangkan sisanya adalah untuk memenuhi biaya hidup rutin seperti zakat/perpuluhan dan sosial, biaya, transportasi, cicilan konsumtif, dan hiburan.

  • Metode Simple

Pada metode ini, terdapat pembagian lebih detail dimana 20% untuk hal yang bersifat PLAYING seperti hiburan dan jajan, hobby, kado, perawatan, dll. Lalu SAVING memuat 30% dari penghasilan yang berisi simpanan Dana Darurat, menabung untuk tujuan tertentu, premi asuransi, dan investasi. Sedangkan sisanya untuk memenuhi kebutuhan hidup/LIVING.

  • Metode Zapfin

Sedangkan di metode ini, sudah terjadi pembagian porsi lebih rinci untuk pos yang sebelumnya digabungkan seperti menabung pembelian besar 5%, investasi masa depan 5%, gaya hidup dan hiburan 10%, zakat/sedekah/sosial 5%, Dana Darurat 5%, premi asuransi 5%, dan sisanya untuk biaya hidup rutin bulanan dan membayar cicilan.

Kebetulan,saat ini adalah masa dimana kami tidak punya cicilan utang seperti sebelumnya yakni KPR. Sehingga dalam praktik menjalankan financial planning menjadi lebih bisa fokus kepada yang lain. Tenang saja kepada yang masih punya cicilan, sah kok masih punya tanggungan utang, apalagi untuk memenuhi kebutuhan rumah atau utang produktif. Dalam perencanaan keuangan, hendaknya besaran utang tidak lebih dari 30% dari seluruh penghasilan sehingga sisanya bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk menabung.

Baca juga: Brainstorming Mengelola Keuangan Keluarga

Prinsip menabung menurutku milikilah komitmen dan niat kuat untuk melakukannya. Katakan pada diri sendiri bahwa pasti bisa menabung. Menabung itu bukan pada berapa besaran nominal penghasilan kita tapi pada upaya menyisihkan di awal setiap kali menerima penghasilan. Ibarat kata, walau nabung cuma 20 ribu tapi konsisten dan apapun keadaannya itu jauh lebih baik daripada punya penghasilan puluhan juta tapi tidak pernah berhasil menyisihkan sepeser pun untuk menabung.

Saya tidak sepakat dengan pandangan menabung adalah menggunakan sisa kebutuhan. Percayalah, secara psikologis kita pasti akan menghabiskan berapa pun uang yang ada di tangan. Jika punya kemampuan mengendalikan, pasti sangat bagus bisa menyisakan uang. Tapi bukankah sebaiknya mengambil di awal untuk menabung dan sisanya hidup dari penghasilan yang sudah dikurangi dana menabung?

Ada banyak cara bahkan challenge agar orang rajin menabung yang beredar di media sosial seperti The Power of 20k (setiap nemu uang 20 ribu langsung masuk celengan, kegiatan yang dibawakan IG kelas.financial atau dari bigalphaid menabung dalam 52 minggu, atau lainnya. Intinya adalah menumbuhkan kesadaran pentingnya menabung, menjadikannya sebuah kebiasaan baru, bagaimana pun caranya, untuk tujuan keuangan apapun, dan seberapa pun besarannya.

Tabungan Apa Saja?

Saat ini, secara keseluruhan, porsi menabung dan investasi dalam keuangan keluarga kami sekitar 26%. Kenapa sudah bisa menentukan nominalnya? Ya, saya sudah melakukan pencatatan keuangan sehingga akhirnya ketemulah angka itu. Tanpa ada pencatatan keuangan,  mustahil terhitung persentasenya.

Sebelum sampai fase ini, saya pernah tidak menggunakan metode apapun. Saat uang masuk, langsung terkurangi untuk membayar segala macam tanggungan. Pernah mengalami menggunakan metode komitmen namun tidak dibarengi dengan pencatatan keuangan dan dimasukkan amplop. Sempat menyisihkan tabungan di awal gajian namun setelah itu hilang saat akhir bulan. Paling menabung jika dalam beberapa bulan ke depan akan berpergian kemana sehingga uang bisa terkumpul. Begitu terus sampai kemudian mencoba menggunakan metode simpel yang lebih memudahkan mana dana untuk hidup, bersenang-senang, dan menabung. Terakhir yang sedang dicoba adalah menggunakan Metode Zapfin sehingga lebih jelas lagi pembagian untuk menabung, investasi, sedekah, hiburan, dan kebutuhan hidup. Rasanya menyenangkan bisa sampai sejauh ini.

Mengingat berbagai tujuan keuangan yang ingin dicapai, ada beberapa tabungan yang terus diupayakan setiap bulannya yaitu tabungan 2 anak, tabungan bunda, simpanan manasuka koperasi, tabungan qurban, tabungan sembako, tabungan dana darurat, dan top up RDI (rekening dana investasi). Masing-masing memiliki penempatannya masing-masing. Juga, tidak semua berada di tabungan bank karena keuntungan tergerus oleh pajak dan administrasi bank sehingga memilih menempatkan di instrumen investasi lainnya. Merasa rugi aja gitu 😛

Tabungan anak. Setiap anak memiliki tabungan di bank dan cara menabungnya adalah mengirim dari tabungan induk setiap kali setelah mendapat gaji. Tabungan ini tidak bisa diambil sewaktu-waktu karena sengaja tidak dibuatkan ATM. Tapi selama ini, jika sudah mencapai nominal 10 juta, akan dikeluarkan misalnya dibelikan logam mulia (jika berniat menambah LM), dimasukkan deposito, atau untuk membeli SBN (surat berharga negara) seperti obligasi dan sukuk. Jadi memang menabung hanya untuk kepentingan jangka pendek saja.

Tabungan bunda. Tabungan ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan personal seperti beli skincare atau menambah modal jualan online. Karena jarang dipakai dan juga kebutuhannya gak penting-penting amat segera terpenuhi, jumlahnya paling sedikit dari porsi menabung lainnya. Tapi tetap mengupayakan menabung saja daripada habis dibuat beli minuman kopi atau latte faktor lainnya hehe

Simpanan Manasuka Koperasi. Kebetulan saya masih diperbolehkan mengikuti koperasi di kantor dulu. Walau sudah resign sejak September 2016, saya masih menjadi anggota koperasi. Jadi selain membayar iuran wajib, saya juga menggunakannya sebagai upaya menyimpan persiapan dana di hari raya Idul Fitri atau mudik. Lama simpanan hanya 10 bulan. Saat jelang hari raya, sebagai upaya berbagi, kami membuat paket parsel sembako sesuai kemampuan dan dibagikan kepada yang selama ini membantu kita atau siapa pun yang dirasa perlu diberi seperti petugas di jalan raya yang sering kita lewati dan membantu memudahkan kita menyeberang, satpam, tukang sampah, tukang kebun, dan lain-lainnya. Atau juga bisa digunakan untuk mengisi angpau yang akan dibagikan pada anak-anak, atau menambah biaya mudik karena rumah orang tua kami jauh.

Tabungan Qurban. Sebelum tahun ini, saya tidak pernah mengalokasikan secara khusus per bulan untuk berqurban. Hanya saja biasanya, saat akan berkurban, ada bonus dari kantor suami dan akhirnya kami bisa berkurban. Tapi semakin ke sini, kondisi kantor tidak semakin baik dan akhirnya agak memaksa untuk berkurban, dengan uang yang ada. Hingga mulailah setelah Idul Adha 2020, kami menabung qurban yang dititipkan kepada teman sebagai  Nantinya dari kami yang berkelompok ini akan membelikan seekor sapi. Jika misal sampai pada waktunya kurang, setidaknya untuk menambah biayanya menjadi tidak terlalu berat.

Tabungan Sembako. Ini adalah seperti titip uang bulanan berdasarkan jumlah minggu dalam satu bulan, ada yang 4 atau 5. Sembako yang dipilih itu sesuai keinginan berdasarkan list yang disediakan penyedianya yaitu toko pracangan. Saya ikut begini karena ikut-ikutan mbak ART yang sudah melakukannya lebih dulu hehe… Nantinya uang tersebut akan dirupakan sembako/barang kebutuhan seperti yang sudah dipilih menjelang hari raya. Seperti biasa, saya memilih seperti telur, gula, dan biscuit Khong Guan. Gula digunakan untuk menambah isi parsel lebaran dan telur untuk membuat aneka kue lebaran. Biasanya telur dan gula menjadi komoditas yang melonjak naik saat jelang hari raya.

Dana Darurat (DD). Berbagai pengetahuan financial planner atau akun finansial keuangan yang kuikuti, besaran DD berkisar 3 sampai 36 kali pengeluaran bulanan. Tujuan memiliki DD adalah saat terjadi kehilangan sumber penghasilan (PHK), setidaknya punya masa jeda cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sampai memiliki sumber penghasilan baru atau saat ada kejadian tidak terduga (perawatan RS yang tidak tertanggung asuransi, kerusakan mobil atau perabotan rumah, dan musibah lainnya) setidaknya kita punya dana untuk segera memenuhinya tanpa terlalu bingung mencari pinjaman ke sana kemari.

Ada macam-macam rumus besaran DD dari setiap status misalnya berdasarkan status pernikahan, yang ditanggung, dan besaran pendapatan per tahun. Misal DD bagi lajang setidaknya 3x dari pengeluaran. Sudah menikah belum punya anak paling tidak 6x, punya anak 1 yaitu 12x, punya anak 2 sebanyak 36x. Saat ini, posisi DD kami baru mencapai 6x dan terus berproses menambah dengan menabung setiap bulan. Rencananya, seperti saran Felicia yang saya ikuti akunnya, penempatan DD dapat dibagi 2. Separuh tetap di tabungan dan sisanya dimasukkan dalam reksadana pasar uang (RDPU) yang lebih menguntungkan dari tabungan namun tetap likuid bisa diambil sewaktu-waktu. Yang terakhir ini, saya masih mempelajarinya dan sudah mencoba melalui Ipot Fund.

Tabungan saham. Menurut teori, saat sudah bisa menabung, menyiapkan DD, dan asuransi, barulah boleh berinvestasi. Prinsip berinvestasi haruslah menggunakan “uang dingin” yakni uang yang tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain menguntungkan, investasi juga memiliki risiko yang menyertainya. Jadi harus memastikan diri, saat berinvestasi itu berarti juga sudah paham risiko yang akan terjadi. Menabung saham dipilih sebagai langkah untuk memenuhi tujuan keuangan jangka panjang seperti pensiun/biaya hidup di masa tua. Inginnya, kami saat sudah tua nanti, tidak terlalu ribut urusan dunia karena sudah tercukupi dari yang telah disiapkan. Bisa pengen gampang traveling, umroh, atau sambang cucu (aamiin). Jika yang saat ini masih berstatus pegawai/karyawan yang memiliki DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), sebaiknya tetap diikuti hingga masa pensiun datang ya…

Baca juga: Saham Untuk Pemula, Bagaimana Memulainya?

Bagaimana Mekanisme Menabungnya?

Keseluruhan tabungan ini, saya sisihkan di awal bulan (saya memulai awal bulan yaitu tanggal 28 bukan tanggal 1) bersama dengan sedekah (diniati sebagai tabungan akhirat) dan semuanya menggunakan sistem transfer. Jika semua itu sudah dilakukan, rasanya plong dan lega. Setelah itu baru membayar yang memiliki jatuh tempo seperti PDAM, arisan, aneka iuran, dan kebutuhan lain. Kesemuanya itu juga tercatat baik melalui aplikasi Money Manager atau buku catatan keuangan.

Tidak semua hari berjalan mulus dan ada kalanya tergoda, terutama untuk kesenangan jajan seperti beli online minuman kopi/teh, cake/kue, masakan karena malas masa. Tapi saat mata melihat rekening tabungan atau buku catatan keuangan, perasaan ingin beli yang tidak sesuai bujet, lambat laun menghilang. Lalu berubah menjadi perasaan bangga dan bahagia. Tidak sekadar nominalnya namun karena ingat bisa dengan tekad keras bisa menyisihkan uang di awal sehingga bisa menjadi tabungan.

Jangan khawatir ya, meski memaksakan diri menabung, saya juga punya pos hiburan untuk menyenangkan diri dan keluarga secukupnya. Ada alokasi yang diarahkan ke sana dan jika membutuhkan kesenangan seperti makan di luar, beli mainan anak, ke toko buku, bisa menggunakan pos hiburan tersebut. Intinya menabung oke, senang-senang juga jalan secukupnya 🙂

Oya, kebiasaan menabung telah mengajarkan saya untuk lebih memahami need daripada want. Memilih membeli barang sesuai fungsinya daripada sekedar mendapatkan impresi dari orang lain. Rasanya sayang kalau buang-buang uang hanya demi mendapat pujian ‘wah keren’ dari orang lain. “Mending aku masukkan ke tabungan anak atau top up RDI,” begitu saat mau gaya-gayaan beli sesuatu yang sebenarnya gak penting-penting amat 😀

Namanya kebiasaan pastilah perlu upaya untuk melatih diri. Setidaknya ini adalah tantangan saya sebagai pribadi juga manager keuangan dalam rumah tangga. Tidak mudah memang menjadikan menabung sebuah kebiasaan (baru) namun dengan pemahaman dan kesadaran baru, sekuat tenaga akan menjalankannya. Apalagi saya adalah orang tua yang berharap kebiasaan menabung ini nantinya menjadi vibe positif bagi anak kami.

Baca juga: Keinginan, Apakah Sumber Penderitaan?

Sedemikian penting menabung dalam gaya hidup saya demi masa depan yang lebih baik. Orang bilang, rezeki sudah ada yang mengatur dan seolah takut pada masa depan dengan menabung sejak sekarang. Bagi saya, menabung adalah bagian ikhtiar menjemput rezeki menyiapkan masa depan agar lebih baik dan mudah bersyukur.  Ibarat menanam, menabung adalah jalan untuk menuai hasilnya nanti di masa depan. Bagaimana caramu menabung? Yuk kita nabung!😊

Facebook Comments
Kenalkan saya, Happy Budi :) Dulu pernah ngeblog namun tidak istiqomah. Sekarang belajar menulis lagi :D Menulis ini sebagai bagian merawat ingatan, menebar manfaat, dan bagian dari menikmati hidup. Sebuah persepsi dari seorang Happy. Selamat membaca dan berdiskusi ya :)
Posts created 44

2 tanggapan pada “Melatih Kebiasaan Baru: Menabung ala Saya

  1. wahh beneran deh godaan memakai pos2 yg gak urgent besar bgt aplg pas butuh bgt uang utk mmnuhi yg urgent.. jadinya mlah gak nabung 😀

    1. Hehee emang kudu semangat dan disiplin ya Mbak.. Dana Darurat itu harus dipisah dari tabungan lain dan kalau habis dipakai harus dibalikin lagi.. Kalau gak ya bablas habis hehe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos Terkait

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.

kembali ke Atas