Tahukah kalian, jika ada penyakit Tuberkolosis (TB) tapi tidak hanya menyerang paru-paru ? Kupikir penderita TB itu tubuhnya kurus kering dan sering batuk-batuk yang menular lewat udara. Gambaran yang begitu bisa jadi mengarah kepada penderita TB paru-paru, yang pada zaman dahulu harus mengasingkan diri di sanatorium. Ternyata, hasil laboratorium PA (patologi anatomi) operasi limfadenitis benjolan selangkanganku yang kuceritakan di sini dan sini menunjukkan aku menderita radang tuberkolosis alias TB ekstra paru.
Langsung mau nangis saat dokter Aleq menyampaikan hal itu. Tentu kami bertanya, kok bisa kena dan hasilnya TBC. “Ya itu good news lah, ketimbang kanker hayo!” begitu katanya. Jadi di antara perasaan ‘aduh aku punya penyakit begini’, aku tetap harus bersyukur karena untung benjolan itu tidak menunjukkam keganasan atas hasil uji jaringanku. Dokter Aleq mengatakan jika TB yang kuderita ini bisa disembuhkan dan akan merekomendasikan kepada dokter sejawat di RS UMM, dr. Ungky Agus Setiawan, Sp.P(K). “Tenang aja, tak rekom ke dokter yang sip pengobatannya, pasti sembuh,” begitu dr. Aleq menenangkan.
Penyakit Seperti Apa Sih TB itu?
Atas apa yang terjadi inilah akhirnya aku jadi mencari tahu jika TB itu bisa menyerang organ tubuh selain paru-paru seperti kelenjar getah bening, organ pencernaan (usus, lambung, hati), tulang dan sendi, otak dan sistem saraf pusat, ginjal dan saluran kencing, serta kulit. TB non paru disebut TB ekstra paru. Pada kasusku, TB menyerang kelenjar getah bening yang berada di selangkangan. TB kelenjar getah bening adalah nomor dua terbanyak setelah TB Paru.
Bakteri bernama Mycobacterium Tuberculosis. merupakan penyebab infeksi TB dan menular melalui percikan dahak penderita saat bersin, bicara, atau batuk. Lalu bakteri terhirup masuk ke paru-paru selanjutnya menginfeksi. Bakteri TB ternyata tidak selalu langsung bereaksi dan berdiam di paru-paru serta tidak menimbulkan gejala. Ini disebut fase laten. Saat tubuh sedang rendah imunitasnya maka bakteri TB bisa menjadi aktif dan mulai menyerang ke organ tubuh lain melalui peredaran darah, cairan limfa, saluran kencing dll sehingga jadilah TB ekstra paru. Gejala TB ekstra paru berbeda-beda tergantung organ yang terserang. Tapi yang jelas, aku pernah merasakan selain benjolan membesar di selangkangan, juga demam, berkeringat dingin di malam hari dan lebih cepat sekali lelah.
Begitu kira-kira yang kupahami. Kalau di awal informasi yang kuterima dari dokter Aleq sih, TB ekstra paru tidak menular. Tapi saat kutanyakan kepada teman dokter spesialis paru juga, anggota keluarga tetap sebaiknya diperiksakan untuk jaga-jaga. Meski demikian tenang saja yang berhubungan denganku karena tidak mudah orang bisa tertular TB. Untuk hal ini, jika nanti berkesempatan konsultasi dengan dokter yang merawatku, akan kutanyakan kembali ya..
Pengobatan TB yang Panjang
Agar bisa sembuh total, seorang penderita TB harus minum obat anti tuberkolosis (OAT) yang diresepkan dokter setidaknya 6 – 9 bulan atau tergantung gejalanya. Minum obatnya harus teratur setiap hari tidak boleh terlewat dan diusahakan di jam yang sama dalam keadaan perut kosong.
Pada Rabu (23/12), aku mengunjungi dr. Ungky untuk yang pertama kalinya. Sayangnya, selain menunggu kedatangan beliau yang sangat lama dari jadwal yang ditetapkan, tidak banyak informasi yang bisa kudapatkan. Kendati sudah pakai ABM, jarak yang jauh, dokter menggunakan APD, suara dokter terdengar sangat kecil, tetap tidak membantuku mendapatkan banyak informasi yang sangat kubutuhkan. Suamiku yang berpendengaran normal juga gak bisa dengar dengan jelas. Juga suasananya terasa terburu-buru karena sudah semakin malam dan masih banyak pasien.
Baca juga: Setelah Hampir 40 Tahun, Akhirnya Aku Bisa Mendengar Normal
Yang kami sempat catat dan lakukan adalah beliau memintaku untuk mengunduh aplikasi gratis Sembuh TB di playstore/appstore. Aplikasi yang dipersembahkan oleh Otsuka Indonesia sebagai kepedulian kepada TB, berisi informasi mengenai TB melalui video pendek dan jadwal pengingat minum obat. Setelah itu, aku diresepkan OAT, anti mual, dan vitamin yang saat minumnya akan diberitahu lebih lanjut setelah hasil tesku keluar.
Malam itu, sebagai “paket” rangkaian pemeriksaan dan pengobatan TB, aku juga ditawari dokter Ungky untuk mengikuti Tes HIV. Wah kenapa nih? Suamiku pikirannya sudah macem-macem hehe… Tau sendiri ya imej negatif pada penderita HIV padahal ya gak semuanya begitu juga. Dan kupikir wajar saja karena kami juga tidak tahu apa hubungan TB dengan HIV. Tapi kupikir, tes itu pastinya ada gunanya dalam pengobatanku jadi aku menerima tawaran itu dengan sebelumnya menandatangi surat pernyataan kesediaan.
Segera saja aku gugling sembari menuju laboratorium lantai 2, Ternyata TB dan HIV itu sangat erat hubungannya. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Jika pengidap TB laten tertular HIV, bakteri-bakteri yang tadinya tertidur atau pasif akan bangun dan aktif menyerang tubuh akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah. TB adalah salah satu penyakit yang rentan sekali dengan HIV. Begitu kira-kira singkatnya. Lalu aku tanya juga ke teman dokter paruku itu, sebaiknya tes HIV diikuti saja agar lebih tegak diagnosis juga metode pengobatan nantinya.
Dari yang kupahami, ada empat jenis OAT utama yang diberikan pada pasien TB yaitu Rifampimicin, Isoniazid, Phyrazinamide, dan Ethambutol HCL. Selain itu ada tahapan pengobatan yang harus dilalui. Ini yang orang sering bilang kalau obat TB itu banyak karena diminum sekaligus. Kebetulan hari ini (29/12) adalah hari pertama aku minum keempat obat itu yang sudah diracik dalam satu tablet. Sayangnya aku melakukan kesalahan. Sesuai resep minum satu kali empat tablet langsung. Aku lihatnya cuman satu tablet 🙁 Berhubung tidak ada hotline yang menyambungkan aku dengan dokter yang merawatku maka kuhubungi teman dokter paruku itu. Bingung dan takut aku :(‘ Aku diminta tidak minum sisanya dan minum OAT keesokan harinya terhitung sebagai hari pertama. Thank you ya Brother..kurepotin terus padahal aku bukan pasienmu hehe
Jadi, jika tidak rajin minum obat hingga tuntas, bakteri akan mengalami kekebalan/resistensi pada obat. Yang seperti ini berarti gagal sehingga harus diulang dengan jangka waktu biasanya lebih lama. Dan aku berupaya konsisten serta semangat akan minum OAT ini meski kata teman dokter paruku tadi, nantinya air seni akan berwarna merah, bahkan jika masih menyusui, juga berwarna merah. Hiiyyy ngeri yaa…Walaupun aku pecinta warna merah tapi kalau akan lihat demikian ya tetep ngeri hehe
Oya, selain tes HIV, aku melakukan tes sputum/kultur dahak yang berfungsi untuk mendeteksi infeksi saluran pernafasan atau seberapa banyak kuman TB sehingga nantinya akan berpengaruh pada pengobatan penderita TB. Ya karena malam itu juga tidka bisa mengeluarkan dahak, jadi aku bawa pulang dan kembali ke sana keesokan harinya. Kebetulan aku tidak sedang batuk jadi ya agak susah sih mengeluarkan dahak. Hasil tes ini, kata petugas laboratorium, akan keluar sekitar 4 Januari 2021.
Besok malam (30/12) adalah waktunya mengunjungi dokter kembali plus paginya adalah kujadikan hari pertama minum OAT. Perkembangannya akan kuperbarui pada postingan selanjutnya ya… Kubayangkan enam bulan adalah waktu yang sangat panjang dan akan melelahkan tidak hanya fisik dan psikisku. Semoga yang membaca postinganku selalu sehat dan minta tolong doakan aku juga sehat ya (terima kasih).. Juga berharap yang kutulis ini setidaknya bermanfaat bagi yang belum pernah tahu dan bagi yang pernah mengalami TB ekstra paru sepertiku, bisa turut berbagi pengalaman kepadaku. Sungguh saat ini adalah masa-masa yang tidak terlalu baik untukku, Jadi aku butuh banyak semangat yang bisa kupetik dari siapa pun. Terima kasih ya 🙂
Sumber:
https://hellosehat.com/pernapasan/tbc/tb-ekstra-paru/#gref
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/52-tuberkulosis-dan-leprosi/521-antituberkulosis
http://eprints.undip.ac.id/44615/3/2.pdf
Syafakillah aajilan insyaAllah.
Bismillah ya mba. InsyaAllah kuaaaaat sampai pengobatan selesai.
Aaamiiin… Matur nuwuuun doa dan semangatnya yaa 😘🤗
Semoga lekas membaik ya mbak happy.
Aamiin..Terima kasih Mbak Eni🙏💕