Salah satu hal yang membuat butuh waktu alias mikir dengan serius saat membuat blog adalah membuatkan nama, Dimana-mana, bagian terakhir saat menulis adalah memberi judul. Untuk memunculkannya tepat seperti yang diharapkan itu tidak semudah mengucapkan serapah.
Penamaan blog memiliki arti banyak sekali. Seolah ia adalah perwakilan penulisnya. Ada yang memberi nama dengan namanya sendiri sebagai bagian portofolio dan/atau personal branding, Ada yang menulis hal spesifik sebagai niche-nya seperti kecantikan, kuliner, traveling, atau hobi lainnya. Atau sebagai “buku harian” namun publik boleh membacanya. Isinya berisi pengalaman personal penulis yang layak, bermanfaat, dan menarik untuk dibagikan.
Soal nama blogku ini, aku memikirkan lumayan serius untuk tidak mengatakan bingung. Aku gak mau ikut kata Shakespeare, sang pujangga Inggris, yang seolah menegasikan arti sebuah nama. Katanya: apalah arti sebuah nama? Andaikata kita memberi nama lain untuk bunga mawar, ia tetaplah wangi..
Kutimbang dan kurasakan, nama blogku nantinya. Mau yang terbaca cute dan lucu tapi rasanya tidak menggambarkan aku yang kalau nulis tidak selalu jenaka. Mau pakai dengan penamaan khusus hobi, kenyataan sejauh itu sering mager nulis. Mau pakai nama sendiri, sudah pernah dan hangus langganannya. Juga kayaknya itu harus beneran diisi dengan keren dan konsisten karena membawa nama sendiri. Beraatt…..
Akhirnya, berdasarkan diskusi dengan suami sebagai teman tidur bicara tepercaya, terpilihlah “Persepsi Happy”. “Waduh, kesannya berasa serius sih?” tanyaku pada suami. Suami menyuruh cek KBBI untuk tahu artinya.
persepsi/per·sep·si/ /persépsi/ n 1 tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan: perlu diteliti — masyarakat terhadap alasan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak; 2 proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya
KBBI
Hm, masuk juga dengan yang kubayangkan. Walau seolah terdengar serius tapi bukankah segala sesuatu yang kurespon (melalui tulisan) bagaimana pun akan menjadi persepsi? Itu rasionalisasinya secara filosofis. Dan yang juga kusenang, bunyi Persepsi Happy. Kedengarannya juga sama-sama i-i, Persepsi i, Happy i. Pas! Didengarkan menampilkan harmoni. Halah!
Namanya persepsi, semua hal jadi bisa kutuliskan. Macem-macem isi temanya. Bebas. Para senior perbloggingan pasti menghindari blog isi campur aduk seperti milikku. Konon katanya, blog isi random akan menyulitkan mesin pencari mengarahkan kepada blog kita. Itu seperti halnya mencari jalan pulang tapi tak tahu arahnya. Intinya jadi ruwet deh bagi yang telah menjadikan blog sebagai jalan cuan.
Tapi mungkin “maqom”ku belum sampai ke sana. Bisa menulis dengan konsisten itu sudah bagus. Setidaknya, blog ini tidak jadi sarang laba-laba. Jadi, kuniatkan blog ini jadi warisan. Kali aja bisa rutin dan rajin sampai di ujung senja. Jadi anak cucuku masih bisa menikmati cara hidupku, apa yang kupikirkan, semua yang kuharapkan, apa yang bisa kusumbangkan sebagai pemikiran melalui tulisan blog sebagai persepsiku. Keren kan impiannya? *eh *plak
Demikianlah asal mula PersepsiHappy, Berprosesnya tiada henti. Selamat menikmati..
*Tulisan ini adalah rangkaian challenge menulis harian yang diselenggarakan Blogger Perempuan edisi Ramadan 2021