Siapa yang tidak suka berlibur? Semua pasti suka liburan. Buat kami keluarga yang tidak selalu memilih tempat wisata, berikut tempat-tempat wahana liburan favorit sepanjang waktu.
Liburan bagiku adalah menyempatkan waktu sejenak keluar dari rutinitas harian. Tidak harus jauh-jauh untuk disebut liburan. Cukup langsung pergi jika dirasa sudah butuh sekali keluar rumah alias burn out. Biasanya, sekembalinya pulang ke rumah, suasana hati akan berubah lebih baik.
Jangan pikirkan apapun yang biasanya dirasakan sehari-hari. Cukup nikmati suasana yang ada. Jika sendiri, serap ketenangannya walau berada di ruang yang ramai. Jika bersama pasangan atau anak-anak, berikan jiwa dan raga Anda bersamanya. Letakkan HP dan jauhkan media sosial sementara.
Jika tanpa rencana jauh-jauh hari, biasanya keluargaku mendatangi tempat-tempat berikut ini sebagai tempat liburan favorit:
1. Tempat Makan
Mendatangi restoran atau cafe setidaknya satu bulan sekali bersama anggota keluarga sangatlah menyenangkan. Ini menjadi aktivitas “libur masak” di rumah. Semacam refreshing alias libur tidak masak hari itu.
Adapun pemilihan tempat makan adalah menyediakan menu yang bisa dinikmati seluruh anggota keluarga. Tidak harus ke restoran mahal, asal makanan enak dan semua suka, sudah lebih dari cukup.
Sedangkan ada kalanya, sebagai suami istri, juga kerap berkencan berdua di warung kopi yang sekarang sudah banyak sekali bertebaran di Malang. Ini juga penting untuk menyempatkan waktu berdua keluar dari rutinitas sebagai orang tua dan menjalin bonding lebih sebagai pasangan. Walau akhirnya nanti ujung-ujungnya juga yang dibahas adalah kelakuan nyebelin atau lucu anak tapi saat kembali pulang, ada energi lebih besar dan terbarukan untuk mendampingi mereka tumbuh.
Selain restoran dan kafe, depot satu jenis makanan seperti bakso, soto, mie ayam, tahu campur, siomay, dll juga bisa menjadi alternatif. Selain makan cilok atau es teler di tempat juga cukup menyenangkan. Intinya jangan risau apa jenis makanannya tapi menikmati apapun jenis makanannya dalam suasana berbeda dari rumah.
2. Bioskop
Sejak masih pacaran, aku dan suami suka menonton bioskop. Hanya saja tidak sering karena bikin bokek haha..Maklum, saat itu sebagai mahasiswa yang masih belum kelar dengan urusan kebutuhan primer. Menonton bioskop adalah kebutuhan tersier alias barang mevvah.
Setelah menikah, saat anak pertama kalau tidak salah umur 1 tahun lebih, kami sudah mulai ajak ke bioskop. Awalnya agak kuatir membawanya ke sana, ternyata kami berhasil handle dengan baik. Saat anak masih kecil, kami pilih kursi relatif dekat pintu keluar. Jadi kalau cranky banget, ya tinggal keluar.
Tapi untunglah itu tidak pernah terjadi. Saat mereka mulai rewel, tinggal disusui (jika masih masa persusuan) dan akhirnya tidur. Setelah masa itu terlewati, kami sekeluarga bebas memilih di kursi mana pun dan anak-anak tetap tenang dan tertib selama pertunjukan berlangsung. Tidak ada yang berdiri di kursi atau berjalan-jalan mengganggu penonton lain. Setelah capai atau bosan, mereka akan makan camilan dan tidur.
Hingga sebelum pandemi, setidaknya kami ke bioskop satu kali sebulan. Pulangnya kadang nongkrong makan atau beli jajanan berat. Namun, kala pandemi datang, aktivitas ini terhenti sama sekali.
Sebagai gantinya, kami menonton dengan anak-anak khusus di malam minggu, selayaknya di bioskop dengan mematikan lampu kamar. Oya, meski beberapa bioskop di Malang konon sudah buka, kami masih belum berani ke sana.
3. Toko Tanaman
Mengunjungi toko tanaman itu menyenangkan sekali. Anak-anak bisa turut memilih bunga yang ingin mereka rawat (dan akhirnya ibunya yang merawat) dan mengenali aneka jenis tanaman hias.
Buatku, melihat aneka tanaman hias ini semacam membangkitkan hormon endorfin dalam tubuh. Bawaannya jadi bahagia apalagi kalau berhasil membawa pulang tanaman yang diincar hahaa..
Saat punya uang dan sengaja mengalokasikan dana ke sana, aku lebih leluasa memilih tanaman apapun termasuk membeli perlengkapan berkebun seperti pot, media tanam, dan lainnya. Tapi jika niatnya cuci mata karena lagi gak ada uang lebih, ya datang saja ke sana, melihat-lihat, beli yang paling murah/terjangkau di dompet, dan pulang.
Biasanya kami menuju ke Batu. Lumayan sembari melihat pemandangan kanan-kiri yang berbeda dari keseharian. Begitu saja kadang sudah senang. Bahagianya receh sekali gak sih? hehe
4. Berkemah
Sebagai keluarga homeschooler, kami punya aktivitas berkemah bersama komunitas sesama keluarga pegiat homeschooling. Untuk aktivitas ini, lumayan direncanakan. Seperti membawa perlengkapan dan peralatan berkemah apa saja, jenis makanan yang dibawa, hingga mengalokasikan waktu penuh tanpa memikirkan pekerjaan (ini khusus untuk suami).
Meski lelah, karena mendapati suasana tidur di luar rumah alias dalam tenda di alam terbuka, saat kembali pulang, pikiran segar jadi kembali. Juga berjumpa dengan keluarga yang satu frekuensi dalam pendidikan membuat mood lebih baik.
Jika tanpa keluarga lain, kita tetap bisa berkemah dengan anggota keluarga sendiri. Pilihlah tempat yang tidak terlalu sepi atau jauh dari pos penjaga, kecuali memang keluarga Anda telah terbiasa berkemah sebelumnya.
5. Staycation di Hotel
Staycation pada awalnya adalah perpaduan berlibur dan tetap dalam rumah. Tampak tidak menyenangkan tapi jika berhasil menerapkannya, staycation akan menjadi liburan yang nyata.
istilah ini muncul di Amerika sekitar tahun 2007 dan 2010 saat banyak orang mengeluarkan sedikit uang karena perekonomian negara melambat. Jadilah orang-orang berlibur di dalam rumah dan sebagian lain tinggal di hotel yang tidak terlalu jauh dari rumah jika berkendara. Gunanya adalah meminimalisir uang keluar namun tetap bisa mendukung usaha lokal.
Staycation prinsipnya adalah bebas alias tidak memikirkan pekerjaan. Aktivitas yang dilakukannya adalah suatu pengalaman baru walau hanya dilakukan dari rumah dan sebelumnya jarang atau nyaris tidak bisa dilakukan seperti tidur siang, berolah raga bersama yang disukai seluruh anggota keluarga, membaca buku dengan tenang, dan kegiatan lain yang mengarah pada “me” atau “us” time.
Hanya saja di Indonesia, staycation sepertinya sudah kadung dianggap menginap di hotel. Ya tidak sepenuhnya salah selama menuju hotelnya tidak sampai keluar kota. Sekarang ada banyak aplikasi memilih hotel yang mudah, banyak pilihan jenis hotel dan range harganya. Apalagi di masa pandemi, banyak hotel yang turun harga.
Prinsipnya, staycation di hotel itu bebas tanpa beban pekerjaan dan menikmati yang ada. Jika sepulang staycation masih harus setor review dan endorsement hotel, ada baiknya istilah staycation-nya tidak digunakan kali ya? Hehe
Btw, kalau mengarah pada istilah staycation yang genuine, nomor 1-4 termasuk dong ya? Buat kalian, yang mana nih tempat liburan favorit dari 5 jujugan ini?
*Tulisan ini adalah rangkaian challenge menulis harian yang diselenggarakan Blogger Perempuan edisi Ramadan 2021