Setiap orang punya preferensi untuk menyampaikan gagasan dalam hidupnya. Ada yang melalui puisi, menyanyi, menari, dan menulis. Soal menulis ini pun macam-macam, mulai dari yang serius sampai santai. Dari yang sangat membutuhkan akurasi hingga tanpa data. Intinya sama, menyampaikan sesuatu.
Yang jelas, aku jadi teringat sepenggal paragraf yang disampaikan sastrawan Pramudya Ananta Toer dalam salah satu Tetralogi Pulau Buru, Rumah Kaca:
“Dari semua kegiatan Pribumi itu, ternyata yang dianggap mahkota kegiatan adalah jurnalistik. Dan barang tentu bukan jurnalistik sebagaimana dikenal oleh Eropa, tapi menulis di koran atau majalah dengan nama terpampang, baik nama benar, nama pena atau inisial. Gejala baru ini langsung berasal dari Raden Mas Minke. Ia pernah mengatakan pada salah seorang temannya: orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Ucapan lain dari si Gadis Jepara: menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dan jurnalistik gaya Hindia merupakan perpaduan alamiah dari gerakan Pribumi untuk kepemimpinan dan keabadian.”
Jacques Pangemanann, halaman 472-473
Yeah, menulis adalah bekerja untuk keabadian. Meski tidak melalui jalur jurnalistik seperti yang diharapkan PAT namun setidaknya, menyampaikan gagasan apapun dan kemudian ditulis sebagai karya, akan meninggalkan jejak, menandai pernah hidup. Ini mirip sekali dengan impianku bisa terus ngeblog hingga nanti agar dapat dibaca penerusku kelak. Sebuah mimpi yang tampak terlalu tinggi untuk penulis receh sepertiku.
Ide ini mungkin mengacu pada diktum filsuf cum matematikawan Perancis Rene Descartes yang bilang bahwa cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada). Untuk membuktikan dirinya eksis di dunia, seorang manusia haruslah berpikir, menggunakan seluruh akalbudi dan rasionya untuk menyadari keberadaanya.
Dalam konteks menulis, mengambil analogi yang sama dari bahasa Latin maka jadilah scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada). Menulis nyatanya bukan hanya menyampaikan gagasan, ide, atau pemikiran yang seolah sudah ada di dalam pikiran kita. Menulis adalah kerja berpikir dimana kita bersusah payah mengumpulkan segala informasi dan kemudian mengkontruksinya menjadi gagasan dan terbaca secara runtut. Setidaknya, mengembangkan kemampuan berpikir maka sedang mengembangkan kemampuan menulis dan begitu sebaliknya.
Blogging adalah bagian dari menulis itu. Tidak mudah bagi pemula menulis meski ada banyak ide berlompatan di kepala. Untuk berhasil menuliskannya, ada banyak usaha yang perlu dilakukan. Itu adalah kerja berpikir untuk membuktikan diri ada/eksis. Blogging adalah platform menulis digital yang akhirnya akan menjangkau lebih anyak pembaca di luar dirinya. Dengan begitu, setidaknya alasanku ingin terus ngeblog agar aku selalu ada, sebagai berikut.
Merawat Ingatan. Dalam hidup kita, ada banyak kenangan yang jika ingin disimpan rasanya otak tak cukup mampu menimbun semuanya. Semakin lama, kapasitas otak akan berkurang sejalan bertambahnya usia. Suatu waktu, kita sangat mumpuni. Lain waktu, kita akan sampai jua melupakannya. Jika ingatan-ingatan itu adalah hal yang sangat dibutuhkan maka salah satu cara untuk membekukannya dalam sebuah tulisan, walau mungkin hanya melalui sebuah blog.
Menebar Manfaat. Kita tidak mungkin tahu semua hal. Kita tidak mungkin mahir pada berbagai bidang. Menuliskan pengalaman, pengetahuan, kebijak-bajikan, atau bahkan kesalahan dalam hidup itu penting. Dan akhirnya, menulis mampu menebar lebih banyak manfaat kepada siapapun yang telah membacanya.
Menikmati Hidup. Tidak banyak orang menyadari jika menulis adalah privilege yang tidak semua orang mampu melakukannya. Menulis membutuhkan waktu tersendiri baik kerja profesional atau rekreasional. Butuh hanya dengan diri sendiri. Semacam me time dan ini mirip sekali dengan menikmati hidup.
Dus, menulislah sebanyak-banyaknya, semau-maunya, segiat semangatnya melalui blog sebagai tanda bahwa diri kita sebagai manusia yang berpikir itu ada.
*Tulisan ini adalah rangkaian challenge menulis harian yang diselenggarakan Blogger Perempuan edisi Ramadan 2021